PASURUANRadar Bromo – Target eliminasi tuberkulosis (TB) 2030 bisa-bisa tak tercapai. Kecuali, skrining kasus baru terus digenjot. Sehingga mereka yang teridentifikasi positif bisa mendapatkan pelayanan semestinya.

Ini diungkapkan Analis Peneliti Bappelitbangda Kabupaten Pasuruan Ardie Kurniawan.

Dia mengatakan, penurunan kasus TB secara nasional ditargetkan menjadi 65 per 100.000 penduduk pada 2030 mendatang.

Ia menilai, TB merupakan isu strategis. Penanganannya perlu dilakukan secara serius.

”Apalagi melihat data bahwa TB menjadi penyebab utama kematian tertinggi. Indonesia menempati urutan kedua terbanyak sedunia setelah India,” beber Ardie.

Setiap jam, ada 111 orang yang dinyatakan positif TB. Dan dalam waktu yang sama, ada 17 orang di Indonesia meninggal gara-gara penyakit yang memengaruhi paru-paru tersebut.

Menurutnya, pemerintah kabupaten sudah memasukkan penanganan TB dalam rencana pembangunan daerah 2024-2026.

”Sehingga penanganannya bisa dilakukan secara masif untuk memenuhi target eliminasi nasional,” kata Ardie.

Dengan demikian, 2026 mendatang ditargetkan bisa mencakup 100 persen pasien positif terlayani. Namun target tersebut juga perlu didukung dengan masifnya penelusuran kasus-kasus baru. Mengingat sejauh ini, ada 2.782 pasien positif TB berdasarkan data Dinas Kesehatan setempat.

”Ini seperti fenomena gunung es. Meskipun data yang ada sudah cukup banyak, tetapi yang belum teridentifikasi lebih banyak lagi,” kata Dzulfikri Safrian, Ketua Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera Kabupaten Pasuruan.

Hal itu disebabkan minimnya pengetahuan masyarakat terkait ancaman TB. Tak sedikit juga masyarakat yang menganggap TB sebagai penyakit turunan yang tak bisa disembuhkan.

Sepanjang tahun lalu, pihaknya melakukan skrining terhadap 6.620 orang yang suspect. Penelusuran dilakukan dengan melibatkan ratusan kader TB di tiap kecamatan.

Hasilnya, terdapat 810 orang yang dipastikan positif. Pihaknya juga memastikan para pasien menjalani pengobatan hingga benar-benar sembuh.

”Angka kesembuhan sejauh ini sudah 458 pasien. Selebihnya masih dalam masa pengobatan,” kata Safrian.

Yang tidak kalah penting, lanjut Safrian, juga pelacakan terhadap orang-orang yang kontak dengan pasien TB. Investigasi kontak yang dilakukan dari seluruh pasien, ada 1.350 orang yang juga perlu didampingi untuk melakukan pemeriksaan.

”Termasuk pencegahan terhadap balita untuk meminimalisasi penularan,” pungkasnya. (tom/fun)